Jumat, 11 Februari 2011

proposal PKM-GT

 Alhamdulillah... proposal PKM-GT saya lolos pendanaan.
temen-temen bisa download proposal ini, semoga bisa bermanfaat..

trimakasiiihhhhh..........
Proposal Pkm Gt

SOP CARA PENGAMBILAN SAMPEL DARAH VENA (VENA PUNCTIE) DENGAN VACUTAINER


A.      Pengertian
Suatu cara pengambilan darah vena yang diambil dari vena dalam fossa cubiti, vena saphena magna / vena supervisial lain yang cukup besar untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan representative dengan menggunakan tabung vacutainer.
B.       Tujuan
1.       Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk dilakukan pemeriksaan.
2.      Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi, needle stick injury) akibat vena punctie bagi petugas maupun penderita.
3.      Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan darah (phlebotomy)
4.        Prosedur
No.
Prosedur
Rasional
1.
Lakukan penjelasan kepada penderita (tentang apa yang dilakukan terhadap penderita, kerjasama penderita, sensasi yang dirasakan penderita, dsb).
Mengurangi rasa cemas dan meningkatkan kerjasama.
Mencegah hiperventilasi akibat ansietas, yang menimbulkan perubahan sementara pada gas darah.
2.
Cari vena yang akan ditusuk (superfisial, cukup besar, lurus, tidak ada peradangan, tidak diiinfus).
Meningkatkan kemudahan insersi jarum.
Memungkinkan perawat menempatkan jarum menjadi paralel dengan vena. Sehingga saat vena dipungsi, risiko menusuk vena sampai tembus ke luar berkurang.
Vena yang diinfus harus dihindari karena meningkatkan risiko bercampurnya cairan infuse dengan sampel darah yang akan diambil yang dapat mengakibatkan hasil test tidak valid.
3.
Letakkan tangan lurus serta ekstensikan dengan bantuan tangan kiri operator atau diganjal dengan telapak menghadap ke atas sambil mengepal.
Memungkinkan dilatasi vena sehingga vena dapat dilihat.
4.
Lakukan desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas steril yang telah dibasahi alcohol 70% dan biarkan sampai kering.
Mengurangi risiko bakteri yang berada di kulit memasuki tempat pungsi.
5.
a.  Lakukan pembendungan pada daerah proximal kira-kira 4-5 jari dari tempat penusukan agar vena tampak lebih jelas (bila tourniquet berupa ikatan simpul terbuka dan arahnya ke atas).
b.  Pembendungan tidak boleh terlalu lama (maks. 2 menit, terbaik 1 menit).
a.  Meningkatkan dilatasi vena.
Tourniquet harus menghambat aliran vena, bukan aliran arteri. Aliran arteri yang terhenti mencegah pengisian vena.
b.  Mencegah hemokonsentrasi dan hematoma.
6.
Siapkan tabung vacutainer yang sesuai dengan jenis pemeriksaan, jarum bermata dua yang salah satu ujungnya telah dimasukkan ke dalam holder.
Mencegah kontaminasi silang zat aditif dalam tabung dengan darah.
7.
Dilakukan penusukan jarum pada vena dengan sudut 15-30° lalu difiksasi untuk menghindari pergeseran jarum.
Memungkinkan perawat menempatkan jarum menjadi paralel dengan vena. Sehingga saat vena dipungsi, risiko menusuk vena sampai tembus ke luar berkurang.
8.
Torniquet dilepas segera setelah darah mengalir, lalu tabung diisi sesuai dengan kapasitas vacutainer. Bersamaan dengan tersedotnya darah ke dalam vacutainer, penderita diminta membuka genggaman tangannya.
Mengurangi aliran balik darah. Mencegah hemokonsentrasi dan hematoma.
Melancarkan aliran darah kembali.

9.
Vacutainer dilepaskan dari holder, kemudian jarum ditarik perlahan.
Mengambil tabung vacutainer yang sudah berisi specimen darah.
Mengurangi rasa nyeri saat jarum ditarik.
10.
Letakkan kapas alcohol 70% di atas bekas tusukan selama beberapa menit untuk mencegah perdarahan, plester, tekan dengan telunjuk dan ibu jari penderita ± 5 menit.
Mencegah terjadinya perdarahan
11.
Jarum bekas pakai dibuang ke dalam disposal cointainer khusus untuk jarum.
Mengurangi penularan mikroorganisme.
12.
Pada masing-masing tabung vacutainer diberi label identitas penderita.
Agar hasil pemeriksaan cocok dengan pasien yang diperiksa.
13.
Diperhatikan petunjuk khusus penanganan specimen.
Specimen dalam keadaan aman (tidak rusak dan tidak menyebabkan penyebaran mikroorganisme).
14.
Terima kasih diucapkan pada penderita.
Menghargai pasien atas kerjasamanya.
15.
Sarung tangan dilepaskan dan tangan dicuci dengan cairan antiseptic.
Mengurangi penularan mikroorganisme.
16.
Spesimen dikirim ke seksi-seksi sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta.
Agar hasil pemeriksaan sesuai dengan yang diinginkan.

SOP CARA PENGAMBILAN SAMPEL DARAH VENA (VENA PUNCTIE) DENGAN SPUIT


 A.      Pengertian
Suatu cara pengambilan darah vena yang diambil dari vena dalam fossa cubiti, vena saphena magna / vena supervisial lain yang cukup besar untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan representative dengan menggunakan spuit.
B.       Tujuan
1.       Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk dilakukan pemeriksaan
2.      Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan darah (phlebotomy)
C.      Prosedur
No.
Prosedur
Rasional
1.
Lakukan penjelasan kepada penderita (tentang apa yang dilakukan terhadap penderita, kerjasama penderita, sensasi yang dirasakan penderita, dsb).
Mengurangi rasa cemas dan meningkatkan kerjasama.
Mencegah hiperventilasi akibat ansietas, yang menimbulkan perubahan sementara pada gas darah.
2.
Cari vena yang akan ditusuk (superfisisal, cukup besar, lurus, tidak ada peradangan, tidak diiinfus).
Meningkatkan kemudahan insersi jarum.
Memungkinkan perawat menempatkan jarum menjadi paralel dengan vena. Sehingga saat vena dipungsi, risiko menusuk vena sampai tembus ke luar berkurang.
Vena yang diinfus harus dihindari karena meningkatkan risiko bercampurnya cairan infuse dengan sampel darah yang akan diambil yang dapat mengakibatkan hasil test tidak valid.
3.
Letakkan tangan lurus serta ekstensikan dengan bantuan tangan kiri operator atau diganjal dengan telapak menghadap ke atas sambil mengepal.
Memungkinkan dilatasi vena sehingga vena dapat dilihat.
4.
Lakukan desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas steril yang telah dibasahi alcohol 70% dan biarkan sampai kering.
Mengurangi risiko bakteri yang berada di kulit memasuki tempat pungsi.
5.
a.  Lakukan pembendungan pada daerah proximal kira-kira 4-5 jari dari tempat penusukan agar vena tampak lebih jelas (bila tourniquet berupa ikatan simpul terbuka dan arahnya ke atas)
b.  Pembendungan tidak boleh terlalu lama (maks. 2 menit, terbaik 1 menit).
a.  Meningkatkan dilatasi vena.
Tourniquet harus menghambat aliran vena, bukan aliran arteri. Aliran arteri yang terhenti mencegah pengisian vena.
b.  Mencegah hemokonsentrasi dan hematoma.
6.
Ambil spuit dengan ukuran sesuai jumlah darah yang akan diambil, cek jarum dan karetnya.
Memastikan spuit cukup untuk jumlah darah yang diambil.
Memastikan spuit tidak rusak dan dalam keadaan baik.
7.
Pegang spuit dengan tangan kanan, kencangkan jarumnya dan dorong penghisap sampai ke ujung depan.
Mencegah terlepasnya jarum dari spuit.
Mengeluarkan udara dalam spuit
8.
Fiksasi pembuluh darah yang akan ditusuk dengan ibu jari tangan kiri.
Meningkatkan dilatasi vena.
Mencegah bergesernya vena.
9.
Tusukkan jarum dengan sisi menghadap ke atas membentuk sudut 15-30° sampai ujung jarum masuk ke dalam vena dan terlihat darah dari pangkal jarum.
Memungkinkan perawat menempatkan jarum menjadi paralel dengan vena. Sehingga saat vena dipungsi, risiko menusuk vena sampai tembus ke luar berkurang.
10.
Fiksasi spuit dengan tangan kiri dengan membentuk sudut.
Menghindari pergeseran jarum.
11.
Penghisap spuit ditarik pelan-pelan sampai didapatkan volume darah yang didinginkan.
Memastikan jumlah darah yang diambil sesuai dengan yang diinginkan.
12.
a.  Kepalan tangan dibuka, lepaskan bendungan.
b.  Letakkan kapas alcohol 70% di atas jarum, cabut jarum dengan menekan kapas menggunakan tangan kanan pada bekas tusukan selama beberapa menit untuk mencegah perdarahan, plester, tekan dengan telunjuk dan ibu jari penderita selama ± 5 menit.
a.  Mengurangi aliran balik darah. Mencegah hemokonsentrasi dan hematoma.
Memperlancar aliran darah kembali.

b.  Mencegah perdarahan.
13.
Lepaskan jarum, alirkan darah dalam wadah melalui dindingnya supaya tidak terjadi hemolisa.
Mencegah terjadinya hemolisa.
14.
Tuangkan darah ke dalam botol penampungan yang volumenya sesuai (sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta).
Mengamankan specimen untuk diantar ke laboratorium terkait.
15.
Jika menggunakan antikoagulan, kocok botol beberapa menit agar antikoagulan tercampur dengan darah dan tidak terjadi pembekuan.
Mencegah terjadinya pembekuan darah.